Hot Deal

Minggu, 03 Agustus 2014

[ Sampel Artikel ] Masih Muda Mau Berbisnis ? Ayo Kreatif!


Bagi anak muda, berbisnis berarti menambah uang jajan. Itu adalah anekdot lama yang orang percayai. Namun sekarang, seiring perkembangan zaman terjadi perubahan signifikan pada motivasi dan jenis usaha yang dilakukan oleh anak muda. Anak-anak muda sekarang sudah memiliki kemampuan yang luar biasa, bahkan bisa kita katakan lebih hebat dari pada angkatan yang lebih tua dari mereka. Sebut saja Facebook, Twitter,  Tumblr, ataupun WordPress yang diciptakan oleh anak-anak muda berumur di bawah 30 tahun. Mereka adalah salah satu milyarder terkaya di bumi ini. Tujuan mereka bukan lagi uang jajan, karena kalau uang sebanyak itu disebut uang jajan, itu tidak rasional lagi namanya.

Dari kalangan penyanyi dapat kita temukan Justin Bieber dan Selena Gomes, mereka adalah dua penyanyi yang sangat terkenal. Usia mereka padahal masih di bawah 20 tahun, namun kekayaan mereka sudah menyentuh angka triliun. Tentu itu bukan lagi kategori uang jajan. Dari Indonesia juga tidak mau kalah. Ada Coboy Junior atau Super7, pasti teman-teman semua mengenal mereka atau setidaknya tahu nama itu. Ya, mereka adalah boyband junior asal Indonesia yang sudah wara-wiri di televisi, tur ke seluruh Indonesia, bahkan sampai ke luar negeri. Kekayaan mereka dari honor manggung, talkshow, main di film, atau royaliti penjualan lagu tidak lah sedikit. Sudah pasti menyentuh angka puluhan milyar. Bahkan seorang Chairul Tanjung pemiliki TransTV, Trans 7, Bank Mega, dan Carrefour Indonesia yang sekarang menjabat sebagai Menteri Koordinator Perekenomian Indonesia, pernah berkata bahwa perusahaannya mencapai pendapatan 40 Triliun dalam waktu 10 tahun, sedangkan Facebook cuma satu tahun. Tentu luar biasa. Bapak Chairul Tanjung yang sudah ahli berbisnis dan memiliki banyak sekali asset, kekayaan nya dapat dikalahkan oleh seorang anak muda bernama Mark Zuckerberg yang notabenenya masih baru melantai di bursa saham dan hanya memiliki beberapa perusahaan yang tentu jumlahnya masih kalah oleh Chairul Tanjung.
Nilai jual Facebook mengalahkan semua nilai perusahaan yang dimiliki pengusaha-pengusaha di Indonesia. Karena nilai jual Facebook pada bulan Februari 2014 mencapai U$ 150 Milyar atau kalau dikonversikan ke Rupiah mencapai 1500 Triliun atau hampir sama dengan APBN Indonesia tahun 2013. Tentu hal ini luar biasa. Bahkan kalau Mark Zuckerberg mengganti kewarganegaraanya menjadi Indonesia, ia akan menjadi orang terkaya di negeri ini, mengalahkan dinasti bisnis Djarum yang dibangun oleh Hartono bersaudara yang sudah kokoh berada di puncak selama bertahun-tahun. Karena kekayaan Mark Zuckerberg sendiri mencapai U$ 30 Milyar, atau kalau dikonversikan ke Rupiah mencapai 300 triliun lebih. Sungguh angka yang mencengangkan untuk seorang anak muda usia 29 tahun.
Tapi itulah anak muda. Sangat sulit untuk ditebak. Perkembangan jaman sudah memberi kesempatan yang sama pada semua orang untuk menjadi kaya. Tidak mengenal umur, tidak mengenal pengalaman, cuma bermodal jeli melihat peluang dan bisa menangkapnya, dapat menjadikan siapapun kaya. Bahkan anak tamatan SD sekalipun dapat menjadi konglomerat. Realitanya jelas ada. Teman-teman semua tentu mengenal perusahaan SinarMas, Tjiwi Kimia, atau Bank Internasional Indonesia (BII), yang mana itu dibangun dan dimiliki oleh salah satu orang terkaya di Indonesia yakni Bpk. Eka Tjipta Wijaya. Beliau hanyalah tamatan SD. Namun karena jeli melihat peluang dan memanfaatkan momentum beliau bisa menjadi orang super kaya seperti sekarang.
Tentu peluang yang ada harus dimanfaatkan dengan kreatifitas yang kita miliki. Menjadi anak muda kreatif di Indonesia sangatlah menggairahkan, karena menurut pengamat ekonomi, Indonesia adalah Amerika Serikat kurang lebih 30 tahun yang lalu. Karena perkembangan Indonesia lebih lambat dari Amerika Serikat. Data ini ada dalam buku seorang filsafah ekonomi Max Gunther, yang menyatakan bahwa peluang untuk menjadi kaya di Indonesia sangat terbuka lebar. Banyak bisnis kreatif yang belum dikembangkan di Indonesia. Bangsa ini terlalu menggantungkan harapan pada cadangan kekayaan alam seperti Minyak, Gas Bumi, Batu Bara, CPO Kelapa Sawit, Tembakau, dan lain sebagainya. Itu tampak dari urutan orang terkaya di Indonesia yang kekayaannya berasal dari aspek di atas. Sedangkan bisnis pariwisata, entertainment, ataupun Media Daring belum terlalu unjuk gigi di Indonesia. Bayangkan Korea Selatan yang bisa hidup dari budaya K-Pop. Karena kepopuleran K-Pop menjadikan Korea Selatan dikunjungi 11 juta pengunjung manca negara, dan menghasilkan ratusan triliun dari bisnis pariwisata saja. Indonesia yang memiliki warisan budaya yang sangat banyak mengapa belum bisa? Karena kita belum kreatif.
Melihat peluang ini harusnya kita berpikir dan menyusun siasat. Bagaimana kita menggarap bisnis yang ada di Amerika SerikatSingaporeJepangKorea Selatan, atau Inggris, namun belum ada di Indonesia. Atau membuat terobosan sendiri. Bisa. Dari ranah budaya misalnya, teman-teman dapat membentuk tim dan mendirikan sanggar budaya yang mana bila ada pengunjung domestik atau mancanegara dapat berkunjung dan belajar budaya di sanggar yang dimiliki teman-teman. Tentu dengan tarif yang teman-teman sudah tentukan. Selain itu bisa dibuatkan buku dan mempromosikannya ke seluruh dunia lewat portal buku online internasional seperti Amazon.com, atau Lulu.com, bisa juga tawarkan ke penerbit, atau jual ke tiap-tiap pengujung. Selain memberi pemasukan juga dapat mengharumkan budaya yang teman-teman miliki. Selain itu dapat juga dijadikan video dokumenter lalu dimasukkan ke Youtube, siapa tahu bisa mendatangkan uang lewat iklan di video teman-teman, atau bisa diikutkan dalam kompetisi Film Dokumenter yang sekarang sudah marak.
Bahkan di Tomok, Danau Toba saja ada sebuah sanggar budaya yang sangat ramai dikunjungi karena itu sanggar satu-satunya. Sanggar itu juga memiliki museum yang menyimpan cerita dan benda-benda khas orang Batak Toba. Tarif masuk Rp.3000,-/Orang. Bayangkan jumlah kunjungan ke Danau Toba sehari mencapai ribuan sedangkan objek foto budaya di Kota Parapat sangat minim, maka orang akan beramai-ramai ke Sanggar Budaya itu untuk melihat-lihat dan berfoto. Selain melestarikan budaya, uang ratusan juta pun dapat masuk setiap bulan. Ini adalah contoh kreatif.
Kalau Sanggar Budaya terlalu mahal untuk teman-teman dirikan, ada alternatifnya dengan cara mendirikan sebuah patung atau kesenian khas daerah teman-teman yang disewakan untuk berfoto dengan wisatawan. Bila terus komitmen dan konsisten pasti mendapat keuntungan besar. Apalagi, kalau jeli melihat peluang dan terus berkreatiftas, banyak usaha yang dapat teman-teman geluti.
Tapi jangan meniru anak-anak muda yang kreatifitasnya tidak baik. Loh, memang ada ya? Tentu ada. Sedang marak, anak-anak muda yang tidak lagi bersekolah pada akhirnya menjadi juru parkir memanfaatkan sisi jalan umum sebagai tempat parkir. Sehingga jalanan menjadi macet. Ini contoh yang tidak baik.
 Mari kita menjadi anak-anak yang baik, bermoral, dan berwawasan lingkungan. Kita harus jeli melihat peluang dan momentum yang ada. Dalam kesempatan bisnis, lahan yang belum digarap masih sangat luas. Ingatlah untuk selalu rendah hati kalau sudah berhasil. Masih muda?

Ayo kreatif!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar